BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Penyakit hepatitis telah menjadi masalah dunia saat ini.
Diperkirakan sebanyak 400 juta orang di dunia mengidap penyakit hepatitis B
kronis. Sekitar 1 juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit hepatitis
yang disebabkan oleh virus hepatitis) B (VHB) ini. Penderita penyakit hepatitis
C juga tercatat sangat besar, yaitu sekitar 170 juta orang di seluruh dunia.
Penyakit hepatitis juga menjadi masalah besar di Indonesia mengingat jumlah penduduk Indonesia yang juga besar, jumlah penduduk yang besar ini membawa konsekuensi yang besar pula. Penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan pendidikan rendah dihadapkan pada masalah kesehatan terkait gizi, penyakit menular serta kebersihan sanitasi yang buruk. Sedangkan penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan pendidikan tinggi memiliki masalah kesehatan terkait gaya hidup dan pola makan. Tak mengherankan jika saat ini penyakit hepatitis menjadi salah satu penyakit yang mendapat perhatian serius di Indonesia.
Penyakit hepatitis juga menjadi masalah besar di Indonesia mengingat jumlah penduduk Indonesia yang juga besar, jumlah penduduk yang besar ini membawa konsekuensi yang besar pula. Penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan pendidikan rendah dihadapkan pada masalah kesehatan terkait gizi, penyakit menular serta kebersihan sanitasi yang buruk. Sedangkan penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan pendidikan tinggi memiliki masalah kesehatan terkait gaya hidup dan pola makan. Tak mengherankan jika saat ini penyakit hepatitis menjadi salah satu penyakit yang mendapat perhatian serius di Indonesia.
Kasus hepatitis di Indonesia cukup banyak dan menjadi
perhatian khusus pemerintah. Sekitar 11 juta penduduk Indonesia diperkirakan
mengidap penyakit hepatitis B, ada sebuah asumsi bahwa 1 dari 20 orang di
Jakarta menderita hepatitis B. Demikian pula dengan hepatitis C yang merupakan
satu dari 10 besar penyebab kematian di Dunia. Angka kasus hepatitis C berkisar
0,5% hingga 4% dari jumlah penduduk. Jika jumlah pendudik Indonesia saat ini
adalah 220 juta maka angka asumsi penderita hepatitis C menjadi 1,1 hingga 8,8
juta penderita.
1.2.
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.
Untuk mengetahui pengertian dan jenis
hepatitis akut.
b.
Untuk mengetahui penyebab dan tanda
gejala dari hepatitis akut.
c.
Untuk mengetahui patofisiologi, diagnosa
dan komplikasi dari hepatitis akut.
d.
Untuk mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan
hepatitis akut.
1.3.
Hasil
yang Diharapkan
Adapun hasil yang diharapkan dalam
pembuatan makalah ini adalah :
a.
Mahasiswa mengetahui pengertian dan jenis
hepatitis akut.
b.
Mahasiswa mengetahui penyebab dan tanda
gejala dari hepatitis akut.
c.
Mahasiswa mengetahui patofisiologi,
diagnosis dan komplikasi dari hepatitis akut.
d.
Mahasiswa mengetahui pencegahan dan
penatalaksanaan hepatitis akut.
BAB
II
ISI
2.1 Defenisi
Hepatitis
akut merupakan infeksi sistemik yang mempengaruhi terutama hati. Penyakit
infeksi akut dengan gejala utama berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada
hati. Biasanya disebabkan oleh virus yaitu: virus hepatitis A, hepatitis B,
hepatitis C.
2.2 Jenis
Berikut
ini adalah jenis-jenis dari hepatitis akut :
1.
Hepatitis
akut ikterik.¸
Ditandai masa prodromal selama 3 – 6 hari, kadang-kadang
sampai 3 minggu, pasien merasa tidak sehat, anorexia, mual, kadang demam
ringan, ras sakit pada bagian kanan atas perut, rasa lesu, cepat lelah &
sakit lemah. Gejala prodromal mereda saat timbul ikterus yang dimulai dengan
perubahan warna urein menjadi lebih gelap seperti the pekat. Pada stedium
ikterik ini timbul rasa gatal ( pruritus ) selama beberapa hari, hati teraba
membesar, rata, kenyal dan nyeri tekan kadang disertai pembesaran linfe.
Setelah 1 – 4 minggu masa ikterik, penyembuhan berlangsung dengan sendirinya
ditandai oleh meredanya ikterus, kembalinya nafsu makan dan keadaan kembali
normal.
2.
Hepatitis
akut an ikterik.¹
Pada bentuk ini keluhan sangat
ringan dan samar-samar, umumnya hanya anorexia dan ganguan pencernaan, pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan hiperbilirubinemia ringan, pemeriksan flopia
lesi positife dan bilirubinuria, urein secara makroskopis berwarna seperti the
pekat.
3.
Hepatitis
akut tulminan.º
Bentuk ini hampir semuanya mempunyai
prognosis jelek, kematian biasanya terjadi dalam 7 – 10 hari ssejak mulai
sakit. Pada waktu yang singkat terhadap gangguan neorologik, faktor hepatik dan
muntah yang peresisten, terdapat demam dan ikterus yang menghebat dalam waktu
yang singkat, pada pemeriksaan didapatkan hati yang mengecil purpura, dan
perdarahan gastrointestinal.
Adapun
jenis-jenis dari hepatitis berdasarkan virusnya adalah sebagai berikut :
1.
Hepatitis
A
Hepatitis A
adalah jenis peradangan hati yang disebabakan oleh virus HAV. Masa inkubasi
penyakit ini adalah 30 hari. Penularannya dapat melalui makanan atau minuman
yang terkontaminasi feses pasiaen. Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A,
memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama sedangkan untuk
kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu
narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan resiko tinggi
tertular hepatitis A.
2. Hepatitis B
Hepatitis B adalah salah satu peradangan
hati yang disebabkan oleh suatu virus hepatitis B. Hepatitis B muncul dalam
darah dan menyebar melalui kontak dalam darah, air mani dan cairan vagina yang
terinfeksi atau penggunaan bersama jarum obat. Hepatitis B merupakan penyakit
yang dapat berjalan akut maupun kronik. Sebagian penderita hepatitis B akan
sembuh secara sempurna dan mempunyai kekebalan seumur hidup, tapi sebagian lagi
gagal memperoleh kekebalan.
Hepatitis
B adalah jenis penyakit liver berbahaya dan dapat berakibat fatal. Virus
Hepatitis B (HBV) ditularkan melalui hubungan seksual, darah (injeksi
intravena, transfusi), peralatan medis yang tidak steril atau dari ibu ke anak
pada saat melahirkan.
3.
Hepatitis
C
Hepatitis C adalah penyakit hati yang menular melalui
darah yang disebabkan oleh virus hepatitis C (VHC). Hepatitis C ditularkan
melalui kontak seksual, ASI dari ibu penderita hepatitis C, penggunaan
obat-obatan dengan jarum, pemakaian pisau cukur atau sikat gigi secara bersama.
Gejala
hepetitis C mirip dengan infeksi hepatitis B. Masa inkubasi berkisar antara
15-150 hari dengan rata-rata 8 minggu. Keluhan dan gejala yang ada antara lain
kuning, air seni berwarna gelap,mual, muntah, kembung, tidak nafsu makan, rasa
lelah, demam, menggigil, sakit kepala, sakit perut, mencret, sakit pada sendi
dan otot, serta rasa pegal-pegal.
4. Hepatitis D
Hepatitis D adalah hepatitis D yang
disebabkan oleh virus hepatitis D (VHD) atau virus delta. Penularan melalui
hubungn seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala hepatitis D
bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat
progresif.
Virus
hepatitis D (HDV) adalah yang paling jarang tapi paling berbahaya dari semua
virus hepatitis.
Pada infeksi akut, akan terdapat peningkatan IgM
anti-HDV dan akan hilang dalam 30 – 40 hari. Pada penderita dengan infeksi
kronis HDV, akan terdapat peningkatan titer dari IgM dan IgG anti-HDV.
5. Hepatitis E
Hepatitis E adalah penyakit rperadangan
pada hati yang ditularkan oleh virus HEV.
Gejala
hepatitis ini mirip dengan hepatitis A, demam, pegel linu, lelah, hilang nafsu
makan dan sakit perut. Penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya
(self-limited), kecuali bila terjadi pada kehamilan dapat menyebabkan
gagal hati akut yang berbahaya. Penularannya melalui kontaminasi feses.Tingkat tertinggi infeksi
hepatitis E terjadi di daerah bersanitasi buruk yang mendukung penularan
virus.Hepatitis E menyebabkan penyakit akut tetapi tidak menyebabkan infeksi
kronis.
2.3 Etiologi
Penyebab
hepatitis akut ini bermacam – macam, misalnya saja dari toksin, obat-obatan,
serta kelainan metabolik. Hepatitis akut ini keberlangsungannya tiba – tiba dan
dalam kurun waktu beberapa minggu, dan hal ini terjadi karena peradangan pada
hati yang disebabkan salah satu dari virus hepatitis A,
B, C, D, dan E.
Virus
Type A
|
Type B
|
Type C
|
Type D
|
Type E
|
|
Metode
transmisi
|
Fekal-oral melalui orang lain
|
Parenteral
seksual, perinatal
|
Parenteral
jarang seksual, orang ke orang, perinatal
|
Parenteral
perinatal, memerlukan koinfeksi dengan type B
|
Fekal-oral
|
Keparah-an
|
Tak
ikterik dan asimto- matik
|
Parah
|
Menyebar luas, dapat berkem-bang sampai kronis
|
Peningkatan insiden kronis dan gagal hepar akut
|
Sama
dengan D
|
Sumber
virus
|
Darah,
feces, saliva
|
Darah,
saliva, semen, sekresi vagina
|
Terutama
melalui darah
|
Melalui
darah
|
Darah,
feces, saliva
|
2.4 Tanda dan Gejala
1. Masa
tunas
Virus hepatitis
A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus hepatitis
B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus
hepatitis C : 15 – 160 hari (± 7 minggu)
Virus hepatitis
D : 30
– 180 hari (± 4 – 12 minggu)
Virus
hepatitis E : 14 – 60 hari (± 5 – 6
minggu).
2. Fase Pra
Ikterik
Keluhan
umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar
4-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, perut
kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal, bahu dan
malaise, lekas capek, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung
selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
Gejala awal hepatitis bersifat umum dan bervariasi.
Gangguan pencernaan seperti mual,muntah, lemah badan, pusing, nyeri sendi dan
otot, sakit kepala, mudah silau, nyeri tenggorok, batuk dan pilek dapat timbul
sebelum badan menjadi kuning selama 1 – 2 minggu.
3. Fase
Ikterik
Fase ini berlangsung
selama 3-6 minggu. Urine berwarna seperti teh pekat,
tinja berwarna kuning pucat atau kelabu, penurunan suhu badan disertai dengan
bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I,
kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai
gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2
minggu. Kehilangan
berat badan (2,5 – 5 kg), hal ini biasa dan dapat terus terjadi selama proses infeksi.
Hati menjadi membesar dan nyeri sehingga keluhan
dapat berupa nyeri perut kanan atas, atau atas, terasa penuh di ulu hati.
Terkadang keluhan berlanjut menjadi tubuh bertambah kuning (kuning gelap) yang
merupakan tanda adanya sumbatan pada saluran kandung empedu.
Badan kuning (jaundice).
Badan kuning (jaundice).
4. Fase
penyembuhan / pasca ikterik ( rekonvalensi )
Dimulai
saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun
lemas dan lekas capai.
Pada masa penyembuhan, gejala kuning ini akan
berangsur-angsur hilang, tetapi pembesaran hati dan peningkatan kadar enzim
hati masih terjadi. Penyembuhan pada
anak-anak lebih cepat dari orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua, kerena
penyebab yang biasa karena penyebab yang biasanya berbeda.
2.5 Patofisiologi
Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran
darah dan terbawa sampai ke hati. di sini agen infeksi menetap dan
mengakibatkan peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat
dilihat pada pemeriksaan SGOT dan SGPT). Akibat kerusakan ini maka terjadi
penurunan penyerapan dan konjugasii bilirubin sehingga terjadi disfungsi
hepatosit dan mengakibatkan ikterik. peradangan ini akan mengakibatkan
peningkatan suhu tubuh sehinga timbul gejala tidak nafsu makan (anoreksia).
Salah satu fungsi
hati adalah sebagai penetralisir toksin, jika toksin yang masuk berlebihan atau
tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka hal ini merusak hati sendiri
dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai penetral racun.
Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat
menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan juga
merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan alkohol
yang banyak dalam waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada alkoholik.
Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas
sehingga terjadi pembesaran hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba /
palpasi hati. Nyeri tekan dapat terjadi pada saat gejala ikterik mulai nampak.
Hepatitis viral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut.
Hepatitis viral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut.
2.6 Diagnosa
Selain
dengan melihat tanda dan gejala klien dalam mendiagnosa penyakit hepatitis akut
dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan seperti berikut ini :
1. Tes serologik : HBS Ag (+).
2. Tes Hibridasi : HBV DNA.
3. Tes RIA ( Radio Imuno Assay ) : HBV
Diva Polimerase.
Peningkatan
kadar gamma globulin biasa terjadi pada infeksi akut hepatitis. Serum IgG dan
IgM terjadi peningkatan pada sepertiga pasien dengan infeksi ini
4. Pemeriksaaan darah : SGOT & SGPT
meningkat.
Pemeriksaan
enzim hati yaitu SGOT dan SGPT, akan terjadi peningkatan yang bervariasi selama
masa sebelum dan sesudah timbul gejala klinis. Peningkatan kadar enzim ini
tidak berhubungan jumlah kerusakan dari sel hati. Puncak peningkatan bervariasi
antara 400 – 4000 IU, dan biasanya terjadi pada saat timbul gejala kuning, dan
menurun sejalan dengan perbaikan penyakit.
Kuning yang
terlihat pada kulit atau bagian putih mata apabila kadar bilirubin lebih dari
2,5 mg/dL. Kadar bilirubin sendiri sebenarnya terdiri atas penjumlahan
bilirubin direk dan indirek. Kadar bilirubin > 20 mg/dL merupakan petanda
adanya infeksi hepar yang berat. Pada pasien dengan gangguan komponen darah,
terjadi pemecahan sel darah yang hebat sehingga terjadi peningkatan kadar
bilirubin > 30 mg/dL.
5. USG : Biasanya hanya dapat
mendeteksi Hepatomegali yang tidak spesifik.
6. Pemeriksaan Histologik : Biopsi
Hati.
Biopsi hati jarang diperlukan atau
di indikasikan pada infeksi virus hepatitis, kecuali apabila dicurigai adanya
proses kronis.
2.7
Komplikasi
Adapun
komplikasi yang ditimbulkan dari hepatitis adalah :
1. Penyakit rematoid.
2. Gangguan
kesadaran hingga koma.
3. Hati menjadi kecil dan terjadi kegagalan
fungsi pembekuan darah.
4. Peningkatan bilrubin yang tinggi, dan
kegagalan sistem pembekuan darah
akan menyebabkan perdarahan dari saluran cerna
yang ditandai oleh BAB
berwarna hitam atau darah dan muntah berwarna
hitam.
5. Penekanan batang otak akibat pembengkakan
otak,
6. Gagal nafas.
7. Gagal fungsi jantung,
8. Gagal ginjal dan berakhir pada kematian.
9. Hepatitis
Fulminant.
10. Sirosis
Hepatis.
11. Infeksi
dari pankreas, otot jantung, paru, anemia aplastik, dan kerusakan
saraf-saraf perifer.
2.8 Pencegahan
Adapun pencegahan dari hepatitis akut adalah sebagai berikut :
1. Hepatitis
A. Pemberian immunoglobulin atau virus yang dilemahkan dapat mencegah
terjadinya infeksi ini. Pemberian dapat diberikan efektif dari sejak pasien
terpapar virus sampai 2 minggu setelahnya. Pemberian vaksin ini dianjurkan pada
anak dengan resiko tinggi. Profilaksis ini tidak diperlukan pada penderita
dewasa yang sering kontak (kantor, pabrik, sekolah dan rumah sakit) yang
biasanya sudah memiliki imunitas. Pemberian ini dapat diberikan pula pada
tentara, petugas kesehatan, pemelihara primata, pekerja laboratorium, dan
mereka yang akan berpergian ke daerah yang sedang mengalami endemi hepatitis
ini.
2. Hepatitis
B. Pemberian dapat berupa immunoglobulin atau komponen virus. Profilaktik untuk
preexposure hepatitis B diberikan pada tenaga kesehatan, pasien hemodialisis,
petugas pengembangan orang-orang cacat, pengguna obat-obatan terlarang, pelaku
seks bebas, penderita yang membutuhkan tranfusi berulang, ibu yang hamil.
Pemberian vaksin dapat diberikan juga setelah terpapar dari hepatitis B tetapi
pemberian berupa rekombinasi vaksin.
3. Hepatitis
C. Tidak ada vaksin yang efektif untuk mencegah terjadinya infeksi hepatitis C,
sehingga pencegahannya adalah dengan menjaga keamanan darah pada proses donor
dan tranfusi darah, dan perubahan pola gaya hidup.
4. Pemberian
vaksin hepatitis B dapat mencegah infeksi hepatitis D, selain itu tidak ada sediaan
vaksin untuk hepatitis D.
5.
Pemberian
imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi
pengaruh yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.
2.9 Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan
dari hepatitis akut adalah sebagai berikut :
1. Obat-obatan :
a.
Kortikosteroid.
Contoh:
Prednison 3 x 10 mg selama 7 hari.
Hidrocotison 100 mg intravena tiap 6
jam.
Interveron, hanya diberi pada kasus
–kasus agak berat.
Starting dosis 40 mg / hr dan dikurangi
secara bertahap sampai berhenti sesudah 6 minggu.
b.
Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
c.
Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
d.
Vitamin K 10 mg/ hr IV, dengan kasus kecenderungan perdarahan.
Bila pasien dalam keadaan prekoma atau koma.
e.
Roboransia.
f.
Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
g.
Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
h.
Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
2.
Istirahat, pada periode akut dan
keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
Infeksi virus hepatitis
A akan mengalami penyembuhan sendiri apabila
tubuh cukup kuat. Sehingga pengobatan hanya
untuk mengurangi keluhan
yang ada, disertai pemberian vitamin dan istirahat
yang cukup
3. Diet. Jika penderita mual, tidak nafsu makan atau muntah
– muntah sebaiknya diberikan infus glukosa. Jika nafsu makan telah kembali
diberikan makanan yang cukup kalori.
4. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma,
berikan obat – obatan
yang mengubah susunan feora usus, misalnya
neomisin ataukanamycin sampai dosis
total 4-6 mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus
sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hepatitis akut merupakan infeksi sistemik yang
mempengaruhi terutama hati. Penyakit infeksi akut dengan gejala utama
berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada hati. Biasanya disebabkan oleh
virus yaitu: virus hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C.
Penyebab hepatitis akut ini bermacam – macam,
misalnya saja dari toksin, obat-obatan, serta kelainan metabolik. Hepatitis
akut ini keberlangsungannya tiba – tiba dan dalam kurun waktu beberapa minggu,
dan hal ini terjadi karena peradangan pada hati yang disebabkan salah satu dari
virus hepatitis A,
B, C, D, dan E.
Berikut
ini adalah jenis-jenis dari hepatitis akut :
a.
Hepatitis
akut ikterik.¸
b.
Hepatitis
akut an ikterik.¹
c.
Hepatitis
akut tulminan.º
3.2
Saran
Dengan pembuatan
makalah ini, sebaiknya kita semua bisa memahami dan mengaplikasikan teori yang
ada didalam kehidupan sehari-hari serta terampil dalam memberi pelayanan kepada
klien dan masyarakat dengan mampu mengidentifikasi penyakit hepatitis akut.
DAFTAR PUSTAKA
Haznam,
M.W. Kompendium Diagnostik dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam Edisi II , Bandung 1992.
Junaidi,
Purnawan. Soemasto, Atiek S.Amek, Husna, Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 2 Jakarta,
Media Aesculapius FKUI, 1982.
Mansjoer,
Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius Edisi III :
Jakarta
Muttaqin,
Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Salemba Medika : Jakarta
Price, a.
Sylvia. Wilson, Loraine M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit
Edisi ke 4 Buku I Jakarta EGC, 1994.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar