A.
PENGERTIAN IMUNISASI
Imunisasi adalah suatu cara untuk
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antugen, sehingga
bila kelak ia terpejan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit.
Imunisasi adalah usaha untuk
memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi pada bayi, anak dan juga orang
dewasa. Imunisasi menjaga bayi dan anak dari penyakit tertentu sesuai dengan
jenis
Strateginya imunisasi sebagai alat pencegahan, maka diberbagai negara,
imunisasi merupakan program utama suatu negara. Bahkan merupakan salah satu
alat pencegahan penyakit yang utama didunia. Penyelenggaraan imunisasi diatur
secara universal melalui berbagai kesepakatan yang difasilitasi oleh badan
dunia seperti WHO dan UNICEF. Pertemuan international biasanya diselenggarakan
secara teratur baik untuk tukar menukar pengalaman, evaluasi, perlu tidaknya
bantuan dan lain sebagainya.
Hal tersebut diperlukan selain untuk menetapkan target sasaran global, guna
pencapaian kekebalan kelompok atau herd
immunity pada tingkat dunia, juaga membahas negara mana yang perlu
mendapatkan bantuan agar kekebalan kelompok pada tingkat dunia bisa tercapai.
B.
TUJUAN IMUNISASI
Tujuan imunisasi adalah untuk
mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit
tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan
penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar.
C.
IMUNISASI DASAR
1. Jenis-Jenis Vaksin Dalam Program
Imunisasi Dan Cara Pemberian
Imunisasi
dasar harus diberikan terhadap 7 jenis penyakit utama yaitu TBC, difteri,
tetanus, batuk rejan, poliomielitis, campak dan hepatitis B.
Imunisasi dasar terdiri dari :
a.
Vaksin BCG
(Bacillus Calmette Guerin)
Berasal dari kuman Basillus Calmette
Guerin yang telah dilemahkan. Memberikan kekebalan terhadap penyakit TBC. Efek
samping dari vaksin BCG dapat menimbulkan pembengkakan pada bekas suntikan yang
biasanya akan hilang dengan sendirinya, demam sampai 1-2 minggu. Vaksin BCG
tidak dapat diberikan pada anak yang menderita TBC positif atau menunjukkan uji
mantoux positif.

Diberikan dengan cara
disuntikkan secara intracutan (didalam kulit) di ⅓ bagian lengan kanan atas
(Inertio Musculus Deltoideus) 1 kali suntikan dosis 0,05 cc.
b.
Vaksin
DPT (Difteria Pertusis Tetanus)
Berasal dari kuman Bordetella
Pertusis yang telah dimatikan, dikemas dengan vaksin Diptheri dan Tetanus yang
berasal dari racun kuman yang dilemahkan. Memberikan kekebalan terhadap
penyakit difteria, pertusis (batuk rejan) dan tetanus. Efek samping vaksin DPT
antara lain adalah lemas, kadang-kadang terjadi gejala demam tinggi,
iritabilitas.

Diberikan dengan cara
disuntikkan secara intramuscular dengan membentuk sudut 450 - 600,
di bagian paha sebelah luar (otot vastus lateralis) 3 kali suntikan dosis 0,5
cc.

Imunisasi DPT tidak dapat
dinerikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit kejang
demam kompleks. Juga tidak dapat diberikan kepada anak dengn batuk yang diduga
sedang menderita batuk rejan dalam tahap awal atau penyakit gangguan kekebalan
(defisiensi imun). Sakit
batuk, pilek, demam atau diare yang sifatnya ringan, bukan merupakan kontra
indikasi yang mutlak.
c. Vaksin
Polio
Berasal dari kuman Polio yang dilemahkan. Memberikan kekebalan terhadap
penyakit poliomyelitis. Vaksin polio pada umumnya tidak memiliki efek samping.

Diberikan melalui mulut dengan
cara diteteskan dengan pipet kedalam mulut anak sebanyak 2 tetes, 4 kali
pemberian. Kontraindikasi dari vaksin polio adalah anak dengan diare berat dan
defisiensi imun. Karena dapat memperberat terjadinya diare. Pada anak dengan
penyakit batuk, pilek, demam atau diare ringan imunisasi polio dapat diberikan
seperti biasanya.
d. Vaksin
Campak
Berasal dari virus Campak yang
telah dilemahkan. Memberikan kekebalan terhadap penyakit campak. Efek
sampingnya antara lain adalah demam atau kejang yang ringan dan tidak berbahaya
pada hari ke-10 sampai ke-12 setelah penyuntikan, tetapi ini sangat jarang
terjadi. Vaksin Campak tidak boleh diberikan pada anak dengan sakit parah,
defisiensi imun dan defisiensi gizi.

Diberikan dengan cara
disuntikkan sub cutan dalam, membentuk sudut 300c, di ⅓ bagian
lengan atas (Inertio Musculus Deltoideus) 1 kali suntikan dosis 0,5 cc.
e. Vaksin
Hepatitis B
Berasal dari protein khusus kuman Hepatitis B. Memberikan kekebalan
terhadap penyakit TBC. Semua bukti menunjukan bahwa vaksin Hepatitis B aman dan
efektif serta efek sampingnya adalah reaksi lokal seperti rasa sakit,
kemerahan, dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan

Diberikan dengan cara disuntikkan secara intramuscular dengan membentuk
sudut 450 - 600, di bagian paha sebelah luar (otot vastus
lateralis) 3 kali suntikan dosis 0,5 cc.
2. Jadwal Pemberian Imunisasi
Dasar
Vaksin
|
Pemberian
|
Interval
|
Umur
|
BCG
DPT
Polio
Campak
HB
|
1x
3x
4x
1x
3x
|
-
4 minggu
4 minggu
-
1 bulan setelah lahir dan 6 bulan kemudian
|
0-11bln
2-11bln
0-11bln
9-11bln
0-11bln
|
D. IMUNISASI ULANG
1.
BCG
BCG
ulangan tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan mengingat:
a.
Efektifitas perlindungan hanya 40%
b.
70% kasus TB berat (ex meningitis) ternyata mempunyai
parut BCG
c.
Kasus dewasa dengan BTA positif di Indonesia cukup
tinggi (25-36%) walaupun mereka telah mendapatkan BCG pada masa kanak-kanak.
2.
Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B dapat dipertimbangkan pada umur
10-12 tahun. Penelitian kohort multisenter di Thailand dan Taiwan terhadap bayi
dari ibu yang mengidap hepatitis B yang telah memperoleh imunisasi dasar 3X
pada masa bayi, dapat diulangi pada umur 5 tahun, 90,7% diantaranya masih
memiliki titer antibody anti HBs yang protektif (titer anti HBs >10 mlU/ml).
mengingat pola apidemiologi hepatitis B di Indonesia mirip dengan Negara
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa imunisasi ulang pada umur 5 tahun tidak
diperlukan kecuali apabila titer anti HbsAg < 10mlU/ml.
3.
DPT
Imunisasi ulang yang pertama dilakukan pada usia 1,5
- 2 tahun atau kurang lebih 1 tahun setekah penyuntikan imunisasi dasar ketiga.
Imunisasi ulang berikutnya dilakukan
pada usia 6 tahun atau saat kelas 1 SD. Pada saat kelas 6 SD diberikan lagi
imunisasi ulang dengan vaksin DT (tanpa P). Vaksin pertusis (batuk rejan) tidak
dianjurkan untuk anak yang berusia lebih dari 7 tahun karena reaksi yang timbul
dapat lebih hebat, selain itu juga karena perjalanan penyakit pertusis pada
anak lebih dari 5 tahun tidak parah.
4.
Tetanus
Toksoid Tetanus kelima diberikan pada usian masuk
sekolah akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi sampai umur 17-18 tahun.
Dengan 5 dosis toksoid tetanus pada anak dihitung setara dengan 4 dosis toksoid
dewasa.
5.
Polio
Imunisasi
polio ulangan diberikan 1 tahun sejak imunisasi polio 4, selanjutnya saat masuk
sekolah (5-6 tahun).
6.
Campak
Penelitian titer antibody campak pada anak usia 6-11
tahun oleh badan penelitian dan pengembangan DepKes dan KeSos tahun 1999
mendapatkan hanya 71,9% anak yang masih mempunyai antibody campak diatas ambang
pencegahan, sedangkan 28,3% diantaranya kelompok usia 5-7 tahun parnah
menderita campak walaupun sudah diimunisasi campak saat bayi. Bedasarkan
penelitian tersebut dianjurkan pemberian imunisasi campak ulang pada saat masuk
sekolah dasar (5-6 tahun, guna mempertinggi serokonversi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar