Jumat, 14 Juni 2013

MOW (Metode Operasi Wanita)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dewasa ini sering terjadi berbagai masalah kesehatan dan ekonomi pada masyarakat Indonesia. Sehingga Angka Kematian dan Kesakitan Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) di Indonesia semakin meningkat.           
Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah mengupayakan keluarga berencana ( KB ) yang merupakan program nasional untuk meningkatkan derajat kesehatan, kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan membatasi dan menjarangkan kehamilan sehingga AKI dan AKB menurun.
      Salah satu metode KB adalah sterilisasi pada wanita dengan tubektomi. Untuk itu sebagai tenaga kesehatan diperlukan pemahaman dalam melakukan tubektomi yang benar.

1.2  Tujuan Penulisan
           Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
a.    Untuk mengetahui pengertian metode sterilisasi pada wanita.
b.   Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tubektomi.
c.    Untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi dari tubektomi.
d.   Untuk mengetahui proses tubektomi.

1.3  Hasil yang Diharapkan
                  Adapun hasil yang diharapkan dalam pembuatan makalah ini adalah :
a.    Mahasiswa mengetahui pengertian metode sterilisasi pada wanita.
b.   Mahasiswa mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tubektomi.
c.    Mahasiswa mengetahui indikasi dan kontra indikasi dari tubektomi.
d.   Mahasiswa mengetahui proses tubektomi.

BAB  II
ISI

2.1 Definisi                         
Kontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur (pada perempuan) atau saluran sperma (pada lelaki). Kontrasepsi mantap ( Kontap ) dikenal ada dua macam, yaitu Kontap Pria dan Kontap Wanita. Kontap Wanita atau merupakan metode sterilisasi pada wanita dikenal dengan MOW atau tubektomi.
Kontrasepsi ini bisa di sebut juga kontrasepsi mantap pada wanita disebut tubektomi,yaitu tindakan memotong tuba fallopii/tuba uterina. (Pelayanan Keluarga Berencana, 2010 : 157)
Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterine dengan penutupan tuba uterine dengan maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan dalam jangka panjang sampai seumur hidup. (Pelayanan Keluarga Berencana, 2010 : 157)
Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falloppi wanita yang mengakibatkan seseorang tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi. ( Ilmu Kandungan, 2008 : 563 )
Sterilisasi adalah metode kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan).
MOW ( Metode operasi wanita) / tubektomi adalah tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati sel telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi kahamilan.

2.2 Perkembangan Tubektomi
Dahulu tindakan ini disebut sterilisasi dan di lakukan atas indikasi medis, seperti kelainan jiwa, kemungkinan kelainan jiwa yang dapat membahayakan nyawa ibu atau penyakit keturunan. Kini tubektomi dilakukan untuk membatasi jumlah anak.
            Cara melakukan sterilisasi telah mengalami banyak perubahan.pada abad ke-19,sterilisasi dilakukan dengan mengangkat uterus atau kedua ovarium.pada tahun 50-an dilakukan dengan memasukkan AgNO3melalui kanalis servikalis ke dalam tuba uterine.pada akhir abad ke-19 dilakukan dengan mengikat tuba uterine namun cara ini mengalami banyak kegagalan sehingga dilakukanlah pemotonagan san pengikatan tuba uterina. Dulu sterilisasi ini dibantu oleh anastesi umum dengan membuat sayatan / insisi yang lebar dan harus dirawat dirumah sakit. Kini, operasinya tanpa dibantu anastesi umum dengan hanya membuat insisi kecil dan tidak perlu dirawat di rawat di rumah sakit. Secara umum tujuan dari tubektomi adalah menghambat perjalanan sel telur peerempuan agar tidak dibuahi sperma.
(Pelayanan Keluarga Berencana, 2010 : 157-158)
Metoda dengan cara operasi tersebut telah dikenal sejak zaman dahulu. Hippocrates menyebut bahwa tindakan itu dilakukan terhadap orang penyakit jiwa. Dahulu vasektomi pada pria diselenggarakan sebagai hukuman, misalnya pada mereka yang melakukan pemerkosaan. Sekarang tubektomi dan vasektomi dilakukan secara sukarela dalam rangka keluarga berencana.
Dahulu tubektomi dilakukan dengan jalan laparatomi atau pembedahan vaginal. Sekarang dengan alat- alat teknik baru, tindakan ini diselenggarakan secara lebih ringan dan tidak memerlukan perawatan di rumah sakit.
Dalam tahun –tahun terakhir ini tubektomi telah menjadi bagian yang penting dalam pogran keluarga berencana di banyak negara di dunia. Di indonesia sejak tahun 1974 telah berdiri perkumpulan yang sekarang bernama Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI), yang membina perkembangan metode dengan operasi (M.O) atau kontrasepsi mantap secara sukarela, tetapi secara resmi tubektomi tidak masuk kedalam program nasional keluarga berencana di Indonesia. ( Ilmu Kandungan, 2008 : 563-564 )

2.3 Kelebihan dan Kekurangan dari Tubektomi
2.3.1 Kelebihan dari Tubektomi
 Adapun kelebihan dari tubektomi adalah sebagai berikut :
1.      Efektifitas hampir 100%.
Indeks efektivitas sterilisasi (disebut indeks mutiara) adalah 0.5 – 1. Nilai ini menunjukkan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan pada 100 wanita yang menggunakan metode kontrasepsi itu selama setahun. Artinya, hanya ada satu kehamilan yang tidak diinginkan per 1000-2000 wanita yang telah disterilisasi. Pada kasus yang sangat jarang terjadi itu, tuba falopi wanita kembali menyambung setelah dipotong atau ditutup.
2.      Tidak mempengaruhi libido seksualis.
3.      Kegagalan dari pihak pasien tidak ada. ( Ilmu Kandungan, 2008 : 564 )
Adapun kelebihan dari tubektomi adalah sebagai berikut :
1.      Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaaan ).
2.      Tidak mempengaruhi proses  menyusui(breastfeeding).
3.      Tidak bergantung pada factor senggama.
4.      Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius.
5.      Pembedahan sederhana,dapat dilakukan anastesi local.
6.      Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
7.      Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual  (tidak ada afek pada produksi hormon ovarium ). ( Pelayanan Keluarga Berencana, 2010 : 158 )
Adapun kelebihan dari Kontap dibandingkan kontrasepsi yang lain adalah:
1.      Lebih Aman ( keluhan lebih sedikit )
2.      Lebih Praktis ( hanya memerlukan satu kali tindakan )
3.      Lebih Efektif ( tingkat kegagalan sangat kecil )

2.3.2 Kekurangan dari Tubektomi

Adapun kekurangan dari tubektomi adalah sebagai berikut :
1.      Risiko dan efek samping pembedahan.
Risiko sterilisasi, seperti halnya operasi lainnya, terutama berkaitan dengan anestesi. Ahli bedah juga dapat tanpa sengaja merusak ligamen peritoneal selama operasi. Jika ligamen peritoneal rusak, produksi hormon pada ovarium menurun dan menopause bisa dimulai dini. Potensi komplikasi lainnya (sangat jarang) adalah kehamilan ektopik dan gangguan menstruasi
2.      Kadang-kadang sedikit merasakan nyeri pada saat operasi.
3.      Infeksi mungkin saja terjadi,bila prosedur operasi tidak benar.
4.      Kesuburan sulit kembali
            Karena metode tubektomi merupakan kontrasepsi permanen,sebelum mengambil keputusan untuk tubektomi,istri dan suami terlebih dahulu harus mempertimbangkannya secara matang. Meskipun saluran telur yang tadinya di potong atau diikat dapat disambung kembal,namun tingkat keberhasilan untuk hamil lagi sangat kecil.
( Pelayanan Keluarga Berencana, 2010 : 158 )


2.4  Indikasi dan Kontraindikasi Tubektomi
2.4.1  Indikasi
Seminar Kuldoskopi Indonesia pertama di Jakarta (18-19 Desember 1972) mengambil kesimpulan, sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat- syarat berikut:
1.      Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup.
2.      Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup.
3.      Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup. ( Ilmu Kandungan, 2008 : 564-565 )
Pada konferensi khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia di Medan (3-5 juni 1976) di anjurkan pada umur antara 25- 40 tahun dengan jumlah anak sebagai berikut:
1.      Umur antara 25 – 30 tahun dengan 3 anak atau lebih.
2.      Umur antara  30 - 35 tahun dengan 2 anak atau lebih.
4.      Umur antara  35 – 40 tahun dengan 1 anak atau lebih. ( Ilmu Kandungan, 2008 : 565 )

2.4.2  Kontraindikasi

      Adapun kontraindikasi dari tubektomi :
1.      Hamil.
2.      Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan.
3.      Infeksi sistemik atau pelvik yang akut.
4.      Belum memberikan persetujuan tertulis.
5.      Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
6.      Usia di bawah 30 tahun yang belum dan masih ingin memiliki anak.
            Sterilisasi seharusnya ditawarkan pada wanita di bawah 30 tahun hanya dalam keadaan yang sangat khusus.

2.5  Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tubektomi
2.5.1  Waktu Pelaksanaan Tubektomi

            Adapun waktu pelaksanaan tubektomi adalah :
1.      Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional
      klien tidak hamil.
2.      Hari  ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi).
3.      Pascapersalinan.
4.      Pascakeguguran.
            Pasca keguguran,pasca persalinan atau masa interval.Pasca persalinan dianjurkan 24 jam atau selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah bersalin.
Adapun waktu pelaksanaan tubektomi adalah :
1.      Saat melakukan seksio sesarea
2.      Setelah abortus
3.      Setelah bersalin
     Tubektomi post partum dilakukan satu hari setelah partus.
4.      Setiap saat yang diinginkan

2.5.2 Tempat memperoleh pelayanan tubektomi
      Pelayanan penyakit dapat diperoleh di rumah sakit dan klinik KB yang terstandar untuk melakukan tindakan pembedahan.

2.6 Cara Sterilisasi
Tuba falopi adalah saluran sepanjang sekitar 10 cm yang menghubungkan ovarium dengan uterus. Pada saat ovulasi, sel telur dikeluarkan dari ovarium dan bergerak menuju uterus. Bila ada sperma di tuba falopi, ovum akan terbuahi dan menjadi embrio yang kemudian melekat di uterus.
Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi yang menghubungkan ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau dibakar (kauter). Metode lain yang tidak melakukan pemotongan adalah dengan mengikat atau menjepit saluran tuba falopi (tubal ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat terjangkau sperma. Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum atau lokal (spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.
Sterilisasi dapat dilakukan kapan saja, termasuk setelah persalinan atau bersamaan dengan prosedur pembedahan perut yang lain, seperti operasi caesar.
Langkah-langkah persiapan pelayanan Kontap Wanita (MOW) adalah :
1.   Sebelum menjalani tindakan, lakukan puasa mulai tengah malam, atau sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi
2.   Mencukur rambut kemaluan dan rambut di perut bagian bawah antara pusar dan tulang kemaluan sampai bersih.
3.   Bawalah surat persetujuan dari suami yang telah di tandatangani atau di cap jempol.
4.   Menjelang operasi harus kencing terlebih dahulu.
5.   Datang ke klinik tempat operasi tepat pada waktunya ditemani oleh suami atau anggota keluarga, langsung segera melapor ke petugas.
Akseptor telah selesai menjalani pemasangan kontap wanita / MOW harus melakukan hal sebagai berikut :
1.      Istirahat secukupnya
2.      Minumlah obat sesuai dengan anjuran
  1. 7 hari setelah pemasangan tidak bekerja berat, kemudian secara bertahap boleh bekerja seperti biasa
4.      Perawatan luka , bekas luka operasi harus selalu bersih dan kering
  1. Kalau ada keluhan, muntah yang hebat, nyeri perut, sesak napas, pendarahan, demam, segera kembali ke tempat pelayanan terdekat
6.      Persetubuhan boleh dilakukan setelah 1 minggu ( setelah luka kering )
  1. Kontrol untuk pemeriksaan diri setelah 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, dan setahun, atau bila ada keluhan.
2.7  Langkah-langkah Tubektomi
Secara umum ada dua langkah tindakan dalam tubektomi, yaitu :
I.    Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba

            Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba atau tindakan mencapai tuba dapat dilakukan dengan cara :

a.   Laparatomi
Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus guna tubektomi. Disini penutupan tuba di jalankan sebagai tindakan tambahan apabila wanita yang bersangkutan perlu dibedah untuk keperluan lain. Misalnya pada wanita yang perlu di seksio sesarea, kadang- kadang tuba kanan dan kiri di tutup apabila tidak diinginkan bahwa ia hamil lagi.
b.   Laparatomi post partum
              Laparatomi ini dilakukan satu hari postpartum. Keuntungannya ialah waktu perawatan perawatan nifas sekaligus dapat digunakan untuk perawatan pascaoperasi, dan karna uterus masih besar, cukup dilakukan sayatan kecil dekat fundus uteri untuk mencapai tuba kanan dan kiri. Sayatan yang dilakukan dengan panjang sayatan semi lunar ( bulan sabit) digaris tengah distal dari pusat dengan panjang kurang lebih 3 cm dan penutupan tuba biasanya diselenggarakan dengan cara Pomeroy.
c.    Minilaparotomi
              Laparatomi mini dilakukan dalam masa interval. Sayatan dibuat di garis tengah diatas simpisis sepanjang 3 cm pada daerah perut bawah (suprapubik) maupun subumbilikal pada lingkar pusat bawah sampai menembus peritoneum. Untuk mencapai tuba dimasukkan alat khusus ( elevator uterus) kedalam kavum uteri. Dengan bantuan uterus bilamana dalam retrofleksi di jadikan letak antrofleksidahulu dan kemudian dan kemudian di dorong ke dalam lobang sayatan.
d.   Laparaskopi
              Mula- mula dipasang cunam serviks pada bibir depan portio uteri, dengan maksud upaya kelak dapat menggerakkan uterus jika hal itu diperlukan pada waktu laparaskopi. Setelah dilakukan persiapan seperlunya, dibuat sayatan kulit di bawah pusat sepanjang lebih 1 cm. Kemudian di tempat luka tersebut dilakukan pungsi sampai rongga perineumdengan jarum khusus (jarum Veres), dan melalui jarum itu dibuat pneumoperitoneum dengan memasukkan CO22  sebanyak 1 sampai 3 liter dengan kecepatan sekitar 1 liter per menit. Setelah pneumoperitoneum di rasa cukup, jaru Veres dikeluarkan dan sebagai gantinya di masukkan troikar (dengan tabungnya). Sesudah itu, troikar di angkat dan dimasukkan laparaskop melalui tabung. Untuk memudahkan penglihatan uterus dan adneks, penderita di letakkan dalam posisi trendelemburg dan uterus di gerakkan melalui cunam serviks pada portio uteri.
              Kemudian, dengan cunam yang masuk dalam rongga peritoneum bersama- sama dengan laparaskop , tuba di jepit dan dilakukan penutupan tuba dengan kauterisasi, atau memasang pada tuba cincin yoon atau cincin falope atau clip hulka. Berhubungan dengan kemungkinan komplikasi yang lebih besar pada kauterisasi, sekarang lebih banyak di lakukan cara- cara yang lain. Tekhnik ini dapat dilakukan pada 6-8 minggu pascapersalinan atau setelah abortus (tanpa komplikasi).

e.    Kuldoskopi
Wanita di tempatkan pada posisi menungging (posisi genupektoral) dan setelah spekulum dimasukkan dan bibir belakang serviks uteri dijepit dan uterus di tarik keluar dan agak ke atas, tampak kaum Douglasi mekar di antara ligamentun sakro –uterinum kanan dan kiri sebagai tanda tidak ada pelekatan. Dilakukan pungsi dengan menggunakan jarum Touhy di belakang uterus, dan melalui jarum tersebut udara masuk dan usus –usus terdorong ke rongga perut. Dan setelah jarum di angkat, lobang di perbesar, sehingga dapat di masukkan kuldoskop. Melalui kuldoskop dilakukan pengamatan adneksa dan cunam khusus tuba di jepit dan di tarik keluar untuk dilakukan penutupannya dengan cara Pomeroy, dan dengan cara Kroener, kauterisasi, atau pemasangan cincin Falope.

II.  Cara Penutupan Tuba
Oklusi / penutupan tuba fallopi dilakukan berdasarkan :
a.    Tempat oklusi tuba fallopi.
Oklusi / penutupan tuba fallopi dapat dilakukan pada bagian :
·      Infundibulum ( bagian distal / fimbrae )
·      Ampulla atau isthmus ( bagian tengah )
·      Interstitial ( dekat utero-tubal junction )

b.   Cara oklusi tuba fallopi adalah dengan :

·      Cara madlener
         Bagian tengah dari tuba di angkat dengan cunam Pean, sehingga terbentuk suatu lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut di jepit dengan cunam kuat- kuat, dan selanjutnya dasar itu di ikat dengan benang yang tidak dapat di serap. Pada cara ini tidak dilakukan pemotongan tuba. Sekarang cara Madlener tidak dilakukan lagi karena angka kegagalannya relatif tinggi, yaitu 1 % sampai 3%.

·      Cara Pomeroy
         Cara pemoroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tengah tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba di atas dasar itu di potong. Setelah benang pengikat di serap, maka ujung- ujung tuba terpisah satu sama lain. Angka kegagalan berkisar antara 0 – 0,4%.


·      Cara irving
         Pada cara ini tuba dipotong di antara dua ikatan benang yang dapat di serap, ujung proksimal dari tuba di tanamkan ke dalam miometrium, sedangkan ujung distal di tanamkan ke dalam ligamentum latum.

·      Cara aldrige
         Peritoneum dari ligamentum di buka dan kemudian tuba bagian distal bersama- sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.

·      Cara uchida
         Pada cara ini tuba di tarik keluar abdomen melalui suatu insisi kecil (minilaparatomi) di atas simpisis pubis. Kemudian di daerah ampula tuba di lakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosapling di daerah tersebut mengembung. Lalu, dibuat sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut,. Serosa di bebaskan dari tuba sepanjang kira- kira 4- 5 cm, tubadi cari dan setelah di temukan di jepit, diikat, lalu di gunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya di bawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal di biarkan berada di luar serosa. Luka sayatan di jahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.

·      Cara kroener
              Bagian fimbria dari tuba di keluarkan dari lobang operasi. Suatu ikatan dengan benang sutera di buat melalui bagian mesosalping di bawah fimbria. Jahitan ini diikat 2 kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria di potong. Setelah pasti tidak ada pendarahan, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga perut. Teknik ini banyak yang di gunakan. Keuntungan cara ini antara lain ialah sangat kecil kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19%.
·      Pemasangan cincin falope
              Dengan aplikator,bagian ismus tuba ditarik dan cincin dipasang pada bagian tersebut.sesudah terpasang lipatan tuba tampak keputih-putihan oleh karena tidak mendapat suplai darah lagi dan akan menjadi fibrotik.

·      Pemasangan Klip
         Klip Filshine mempunyai keuntungan dapat digunakan pada tuba yang edema. Klip Huka-Clemens digunakan dengan cara menjepit tuba. Oleh karena tidak memperpendek panjang tuba maka rekanalisasi lebih mungkin dikerjakan.

·      Elektro koagulasi dan pemutusan tuba
         Cara ini dahulu banyak dikerjakan pada tubektomi laparaskopi. Dengan memasukkan grasping forceps melalui laparoskop, tuba fallopi dijepit kurang lebih 2 cm dari koruna kemudian diangkat menjauhi uterus dan alat-alat panggul lainnya.
Adapun langkah-langkah / prosedur tubektomi adalah sebagai berikut :
a.       Minilaparotomi Interval :
·         Konseling prabedah
·         Persiapan prabedah
Persiapan kelengkapan peralatan bedah dan obat anastesi
·         Asapsis dan antisepsis
Pakai  pakaian kama operasi topi dan masker,pakai sarung tangan steril
·         Pemeriksaan pelvic dan fiksasi perut
·         Persiapan lapangan operasi dan penentuan tempat insisi
Tentukan tempat insisi pada dinding perut dengan jalan menggerakkan elevator.uterus kebawah sehingga fundus uteri menyentuh dinding perut lebih kurang 2-3 cm diatas simfisis pubis.
·         Membuka dinding abdomen
·         Mencapai tuba
·         Memotong tuba
Ikat kedua pangkal lengkungan tuba secara bersama-sama dengan menggunakan benang yang sama kemudian potong tuba tepat diatas ikatan benang.
·         Menutup dinding abdomen
·         Tindakan pasca bedah
·         Dekontaminasi
·         Konseling dan instruksi pasca bedah
b.      Minilaparotomi Pascapersalinan :
·         Konseling Prabedah
            Menjelaskan proses operasi.
·         Persiapan Prabedah
·         Asepsis dan Antisepsis
·         Pemeriksaan Pelvik dan Fiksasi uterus
·         Persiapan Lapangan Operasi dan Penentuan Tempat Insisi
·         Membuka Dinding Abdomen
·         Mencapai Tuba
·         Memotong Tuba ( Cara Pomeroy )
·         Menutup Dinding Abdomen
·         Tindakan Pascabedah
·         Dekontaminasi
·         Konseling dan Instruksi Pascabedah

2.8 Anastesi pada Tubektomi
      Tujuan anastesi pada tubektomi adalah :
·         Menghindarkan nyeri dan rasa tidak nyaman
·         Mengurangi kecemasan dan ketegangan.
      Anastesi local yang menggunakan lidokain 1 % dianggap lebih aman dibandingkan dengan anastesi umum atau konduksi (spinal/epidural) terutama bila dilaksanakan / diperlakukan sebagai klien rawat jalan. Penggunaan anastesi umum mungkin akan meningkatkan komplikasi respiratory depression (misalnya aspirasi atau henti jantung) akibat kesalahan pemberian bahan anastesi, teknik yang tidak tepat, pemantauan yang kurang baik, dan gagal melakukan intubasi. ( Buku Panduan Praktis Pelayanan Kebidanan, 2003 : PK-62 )



















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur (pada perempuan) atau saluran sperma (pada lelaki). Kontrasepsi mantap ( Kontap ) dikenal ada dua macam, yaitu Kontap Pria dan Kontap Wanita. Kontap Wanita atau merupakan metode sterilisasi pada wanita dikenal dengan MOW atau tubektomi.
MOW ( Metode Operasi Wanita ) atau tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterine yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati sel telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi kahamilan dalam jangka panjang sampai seumur hidup. Ada dua langkah tindakan penting dalam tubektomi yaitu tindakan pendahuluan mencapai tuba fallopi dan penutupan tuba fallopi.
Adapun keuntungan tubektomi adalah lebih aman, efektifitas hampir 100%, tidak mempengaruhi libido seksualis dan kegagalan dari pihak pasien tidak ada.

3.2 Saran
         Dengan pembuatan makalah ini, sebaiknya kita semua bisa memahami dan mengaplikasikan teori yang ada didalam kehidupan sehari-hari serta terampil dalam memberi pelayanan kepada klien dengan tindakan langsung berupa praktik kebidanan sehingga kelak kita mampu menjadi bidan yang professional serta mampu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan dengan melakukan pelayananan KB yang benar khususnya dalam metode sterilisasi pada wanita ( tubektomi ).

DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, Hanafi. 2004. KB dan Kontrasepsi. Sinar Harapan : Jakarta
Manuaba Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & KB
            untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta
Meilani, Niken. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Fitrah Maya : Yogyakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta
Rabe, Thomas. 2003. Ilmu Kandungan. Hipokrates : Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar